Di sekolah dasar di Tanzania,
Sutradara televisi kami yang orang Jepang
Membagikan kertas gambar lalu berkata,
"Gambarlah binatang."
Saat memegang selembar kertas putih lebar
Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka,
Anak-anak itu kelihatan bingung.
Kira-kira satu jam kemudian,
"Mereka sudah selesai," sang guru mengumumkan.
Setiap anak memegang tinggi-tinggi gambarnya
supaya aku bisa melihat.
Aku tercengang.
Hanya dua anak yang menggambar binatang.
Pertama, seorang anak laki-laki menggambar di sudut kertasnya,
Satu ekor lalat.
Anak laki-laki lain mencoba
Untuk menggambar seekor burung berkaki lemah.
Hanya itu,
Anak-anak lainnya menggambar ember, cangkir dan sejenisnya.
Padahal awalnya kami membayangkan
Anak-anak Afrika akan membuat gambar yang hidup
Gambar-gambar gajah, jerapah, dan zebra.
Tapi, bahkan di Afrika, binatang-binatang,
Hanya mendiami daerah tertentu
Yang secara khusus dilindungi.
Anak-anak yang tinggal di daerah itu
Mungkin tahu tentang binatang-binatang tersebut.
Tapi bagi sebagian besar anak-anak,
Tidak ada kebun binatang, tidaka ada televisi
Dan tidak ada buku gambar.
Jadi, meskipun mereka tinggal di Afrika,
Mereka tak tahu apa-apa tentang binatang-binatang
Di benua itu.
Sejak dulu aku ingin mengunjungi Afrika
Aku sering membayangkan jerapah
Menghiasi langit berlatar matahari terbenam.
Sekarang aku masih belum melihat binatang-binatang Afrika
Tempat-tempat yang kukunjungi,
Tempat anak-anak membutuhkan pertolongan,
Tak punya air dan sedikit sekali tumbuhan hijau.
Yang mereka punya hanya perang saudara.
Tempat-tempat itu bukanlah tempat binatang bisa hidup;
Manusia tak bisa tinggal disana.
Bahkan di Jepang, saat perang,
Makanan jadi langka dan
Binatang-binatang terpaksa dibunuh.
Gajah-gajah menunjukkan sejumlah keterampilan,
Berpikir mereka bisa mendapatkan makanan karenanya;
Mereka dibunuh saat melakukan permainan keseimbangan.
Anak0anak Jepang harus tahu
Bahwa gajah hanya bisa dilihat
Di tempat yang sejahtera dan damai.
Aku berharap sepenuh hati
Hal itu, bisa diajarkan pada mereka
By: Tetsuko Kuroyanagi
(dengan perubahan)
Jumat, 17 Desember 2010
Rabu, 15 Desember 2010
Perjuangan ORTU
Orangtua sangat berarti bagi perkembangan hidup seseorang, karena orangtua-lah guru pertama dan yang paling utama bagi kita semua. Sebagai contoh: saat kita masih kecil dan belum bisa melakukan sesuatu apa pun, pasti orang yang pertama kali ngajarin serta ngedidik kita itu ialah orangtua. Dari contoh tersebut, maka orangtua bisa disebut sebagai guru yang pertama dan paling utama bagi kita. Walaupun perjuangan orangtua sangat susah, tapi ia tak pernah mengenal kata 'menyerah' dan 'putus asa'.
Perjuangan orangtua sangatlah susah, ia mampu membesarkan kita hingga kita mendapatkan ilmu dan yang akhirnya nanti kita dapat sukses di kemudian hari. amin. Walaupun demikian, tapi ada saja anak yang suka membantah bahkan durhaka kepada orangtua. Ia tidak memikirkan betapa sulitnya perjuangan orangtua itu. Kalau dilihat dari kejadian itu, seharusnya mereka malu dengan apa yang telah ia perbuat karena orangtua saja mampu. Mengapa kita tidak?? padahal kalau dilihat dari segi umur kita seharusnya malu tapi kalau dilihat dari segi pengalaman itu biasa. Kita jangan hanya melihat dari segi pengalaman. Kita harus mampu melihat dari segi yang lainnya.
Kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus mampu mewariskan hal-hal positif. Kita jangan hanya melihat dari perkembangan zaman. Malah terkadang, perkembangan zaman mengarahkan kita ke hal-hal yang negatif. Kita belum tentu bisa seperti orang terdahulu yang telah membangkitkan semangat bangsa. Maka dari itulah kita harus memberikan hal-hal positif. Contoh kecil, kita harus menghargai serta menuruti apa kemauan orangtua karena orangtua pasti akan mengarahkan kita ke hal yang positif.
Maka, mulailah dari sekarang kita menghilangkan rasa dendam dan benci kepada orangtua. Kita bangkitkan lagi semangat untuk membalas jasa-jasa orangtua yang telah diberikan kepada kita.
Perjuangan orangtua sangatlah susah, ia mampu membesarkan kita hingga kita mendapatkan ilmu dan yang akhirnya nanti kita dapat sukses di kemudian hari. amin. Walaupun demikian, tapi ada saja anak yang suka membantah bahkan durhaka kepada orangtua. Ia tidak memikirkan betapa sulitnya perjuangan orangtua itu. Kalau dilihat dari kejadian itu, seharusnya mereka malu dengan apa yang telah ia perbuat karena orangtua saja mampu. Mengapa kita tidak?? padahal kalau dilihat dari segi umur kita seharusnya malu tapi kalau dilihat dari segi pengalaman itu biasa. Kita jangan hanya melihat dari segi pengalaman. Kita harus mampu melihat dari segi yang lainnya.
Kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus mampu mewariskan hal-hal positif. Kita jangan hanya melihat dari perkembangan zaman. Malah terkadang, perkembangan zaman mengarahkan kita ke hal-hal yang negatif. Kita belum tentu bisa seperti orang terdahulu yang telah membangkitkan semangat bangsa. Maka dari itulah kita harus memberikan hal-hal positif. Contoh kecil, kita harus menghargai serta menuruti apa kemauan orangtua karena orangtua pasti akan mengarahkan kita ke hal yang positif.
Maka, mulailah dari sekarang kita menghilangkan rasa dendam dan benci kepada orangtua. Kita bangkitkan lagi semangat untuk membalas jasa-jasa orangtua yang telah diberikan kepada kita.
Langganan:
Postingan (Atom)