Kamis, 09 Agustus 2012

Harta Karung

ya, gue bakal ngepost salah satu cerpen yang dibuat oleh kakak gue sendiri, orangnya kece loh! pokoknya ok deh. haahah. Oke sebelum masuk ke cerita lebih baik kita mengenal terlebih dahulu apasih cerpen itu? Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek, disebut demikian karena jumlah halamannya yang sedikit, situasi dan tokoh ceritanya juga digambarkan secara terbatas (Rani, 1996:276). 

sekilas pengertian cerpen, oke silahkan membaca :)


“Enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sudah belum ?” Tanya Saga kepaada teman-temannya yang kala itu sedang bermain petak umpat. 

“Sudah ! Cari kami”, sahut Desi dan Umar bersamaan menandakan mereka siap dicari.

Ketiga anak kelas lima SD itu memang sering bermain petak umpat untuk mengisi waktu luang mereka. Namun di permainan kalo ini terlihat berbeda karena ada kejadian tidak biasa yang dialami oleh Umar. Ketika ia sedang mengumpat di balik pohon bambu itu, ia menemukan secarik kertas lusuh yang telah berwarna kecoklatan berada diantara dua batang pohon bambu tempat ia bersembunyi. Dengan hati-hati ia mengambil kertas tersebut dan langsung membukanya. Betepa terkejutnya bahwa ia mendapati tulisan “PETA HARTA KARUN” serta gambar peta yang menggambarkan letak harta karung itu berada.
            
Dalam sekejap Umar pun keluar dari persembunyian sambil berteriak, “Hei kawan coba lihat apa yang aku temukan !!

Saga yang sedang mancari pun langsung menghampiri Umar dan berkata,”Kena kau!”

Umar pun tidak mau kalah mengelak dan berkata, “Tungggu sebentar Saga, coba lihat apa yang aku temuakn ini, aku menemukan sebuah peta harta karung.”
             
Desi yang penasaran juga segera keluar dari temat persembunyiannya dan menghampiri kedua kawannya tersebut sambil berkata, “Hei ada apa sih ? kok malah berhenti mainnya ?” Desi yang masih bingung pun menjadi marah ketika permainannya terhenti.
             
“Sabar Des, coba liahat ini apa yang aku temukan”, kata Umar menenangkan Desi sembari menyodorkan kertasnya pada Desi.
            
Saga dan Desi pun melihat bersamaan, setalah itu mereka saling berpandangan berteriak, “INI PETA HARTA KARUN, AYO KITA TEMUKAN HARTANYA.”
             
Desi yang mempunyai kemampuan analisis yang hebat pun segera memperhatikan kertas tersebut secara seksama dan diperhatikan terus-menerus sampai akhirnya ia memberi tahu hasil analisisnya, “Hmm menurutku peta ini menggambarkan peta di hutan belakang sekolah kita. Coba lihat pohon, bangku, serta batu besar ini letaknya persis sepeerti di pintu masuk hutan belakang sekolah dan yang aku tambah yakin disini ada gambar gedung yang tak lain adalah gedung sekolah kita.”
            
Saga yang mempunyai jiwa petualang itu pun langsung mengiyakan pernyataan Desi, dengan semangat ia pun berseru, “Baiklah kalau begitu, kita tentukan saja kapan kita berangkat dan arungi hutan itu?”
            
Namun, Umar yang ingin tahu itu mencoba menunda perjalanan kawa-kawannya itu,”Coba kalian lihat ini tertulis ‘Harta Karung’, bisa saja yang ada hanya tumpukan karung yang telah tidak terpakai lalu ada ornag iseng yang sengaja membuat peta ini agar kita terkecoh. Alangkah baiknya jika kita cari tahu peta ini pada Paman Sam, beliau kan salah satu orang yang telah lama tinggal disini mungkin saja ia tahu.”
            
Saga yang sudah tidak sabar itu pun langsung membantah pernyataan Umar,”Tidak usah, sudah jelas kan ini semua harta yang ada dalam karung yang berlimpah, kamu tidak perlu berpikiran yang seperti itu.”
            
Desi pun tahu posisinya dan ia bertindak sebagai penengah dalam debat itu”,Oke pendapat kalian memang benar, namun alangkah baiknya jika kita konsultasikan peta ini pada Paman Sam agar kita tidak tertipu oleh peta ini.”
           
Saga merasa dirinya salah dan terlalu memaksakan diri dan akhirnya ia pun menerima pendapat kedua kawannya itu karena ia juga tak mau bertindak jumawa tanpa memperhatikan resiko yang ada. Setelah itu, mereka pun memutuskan segera pergi ke rumah Paman Sam untuk mengkonsultasikan hasil temuannya. Mereka sangat bersemangat unruk segera sampai di rumah Paman Sam.
            
“Assalamu’alaikum”, sapa ketiga anak tersebut ketika tiba di rumah Paman Sam.
            
“Wa’alaikumsalam, ada apa kalian kemari? Kalian terlihat semangat sekali sore ini, ada yang bisa paman bantu ?”, jawab Paman Sam dengan ramah.
            
“Ini paman tadi kami menemukan sebuah peta harta karun yang menurut kami ada di hutan belakang sekolah kami. Kami ingin bertanya-tanya mengenai hal ini apakah Paman mengetahuinya?”, jelas Umar menjelaskan maksud kedatangan mereka.
            
“Oh itu, jadi kalian telah menemukannya? Memang dahulu disini ada saudagar yang kaya raya, lalu karena sesuatu hal, ia meninggalkan kampung ini serta menimbun semua hartanya di dalam hutan itu. Sebelum ia pergi, ia membuat sebuah peta yang menunjukkan keberadaan harta yang tersimpan di dalam karung tersebut. Mulai saat itu, semua orang disinin mencari keberadaan peta tersebut dan ternyata sekarang kalian yang menemukannya. Paman beri selamat untuk kalian!”, jelas Paman Sam sembari menjabat tangan Saga, Umar, dan Desi.
            
“Tuh kan benar apa kataku, aku sudah duga bahwa peta itu merupakan peta harta karun yang melimpah”, sahut Saga semangat.
            
“Namun kalian harus berhati-hati jika ingin kesana karena konon di hutan itu terdapat binatang buas seperti badak dan ular serta jalurnya juga sulit ditembus. Selain itu, tidak adanya sinar matahari yang masuk dan penduduk yang tinggal disana membuat kalian akan kesulitan bila terjadi apa-apa”, nasihat Paman Sam.
            
“Tak apa Paman, kami telah bertekad untuk menemukan harta karung itu apa pun rintangannya”, jawab Saga dengan semangat.
            
Umar dan Desi pun mengangguk saat Saga berkata seperti itu sebab mereka juga mau ikut dalam ekspedisi itu. Setelah mereka mendapatkan informasi tersebut, mereka pun langsung berpamitan pulang kepada Paman Sam.
            
Keesokan harinya di sekolah mereka kembali mendiskusikan mengenai peta yang mereka dapatkan.
             
“Apa saja yang akan kita bawa kesana?  Lalu kapan kita akan berangkat?”, Tanya saga , ia memang anak yang paling bersemangat kalau ada ekspedisi apa pun.
            
“Bagaimana kalau Hari Minggu? Lalu kita bawa golok, pisau, P3K, makanan secukupnya, cangkul, serta senter siapa tahu kita butuh”, usul Umar.
             
”Aku setuju, soalnya setelah aku amati ternyata memang benar apa kata Paman Sam bahwa medannya sangat sulit jadi kita perlu barang-barang yang disebutkan Umar tadi”, kata Desi sambil mengamati jalur pada peta tersebut.
            
“Baik sudah kita sepakati kita akan pergi Hari Minggu dengan peralatan tersebut dan jangan lupa bawa petenya ya Des, aku serahkan masalah peta padamu. Lalu untuk masalah peralatan aku serahkan pada Umar, sedangkan aku yang memimpin dan mencari jalan dan kita berkumpul di rumah Umar tepat pukul 06.30”, jelas Saga sebagai sang Ketua Ekspedisi.
            
Minggu pagi mereka pun menyiapkan segala peralatan di rumah Umar sesuai rencana. Disana mereka kembali mengatur siasat agar mereka sampai di tempat tujuan. Mereka pun segera berangkat ke hutan belakang sekolah dan memang benar apa kata Paman Sam sebab pintu masuknya saja sudah ditutupi oleh dedaunan pohon yhang menjalar sehingga mereka pun harus bersusah payah menggunakan goloknya untuk menembusnya. Bahkan sinar matahari tidak mampu menembus lebatnya daun pepohonan di hutan itu. Jadi tidak salah mereka membawa senter kesana. Belum lama mereka memasuki hutan, tiba-tiba terdengar suara binatang mendekati mereka dan benar saja seekor badak mengejar mereka hingga mereka berlarian dan untuk menyelamatkan diri mereka akhirnya harus memanjat pohon yang ada di hutan tersebut.
            
Untung disana ada Saga, ia tahu makanan kesukaan badak dan ia membawanya. Akhirnya untuk mengelabui badak tersebut ia melempar jauh-jauh makanannya itu dan badak itu pun lari meniggalkan mereka. Selamatlah nyawa mereka.
            
Setelah mereka terbebas dari badak, mereka pun istirahat sejenak,”Untung saja tadi kita tidak jadi di seruduk oleh badak itu dan kamu hebat Saga sudah siap sedia tentang persiapan kita, tidak salah kami memilih kamu sebagai ketua”, puji Umar dan saga membalas dengan senyuman sambil mengangguk.
            
“Baik setelah ini medan yang kita lalui lebih berat lagi karena kita harus melewati dedaunan yang lebat menjulur menutupi jalan, jadi kita harus siap sedia golok untuk membuka jalan”, tegas Desi sang pembaca peta, sedangkan Umar menyiapkan peralatan.
            
Ternyata benar apa yang dikatakan Desi, disana mereka dihadang oleh puluhan batang pohon dedaunan yang menutupi jalan sehingga mereka pun harus berjibaku dalam menyingkirkannya. Bahkan Umar kakinya harus terkena duri dari pepohonan yang ada, sedangkan Saga mengalami lecet di tangan dan kakinya oleh tajamnya batang pohon ynag menjulur. Setelah melewati itu mereka pun beristirahat kembali.
            
“Huh, berat benar medan yang kita lalui tadi sampai kita harus terluka seperti ini”, keluh Umar.
            
“Tapi tanggung jika kita hanya berhenti sampai sini, sebab sebentar lagi kita akan sampai di tempat tujuan dan sekarang kita harus cepat obati lukan ini agar tidak terjadi infeksi yang lebih parah”, kata Saga menyemangati.
            
Tak jauh dari situ tiba-tiba Umar berteriak sambil menunjuk ke arah karung yang ada di dekat mereka. Desi pun mengiyakan bahwa disitulah tempat harta karung itu berada.
            
“HOREEE akhirnya kita temukan harta karung ini”, sorak ketiganya sambil berpelukan.
            
Namun, setelah mereka hampiri ternyata di dekat karung itu ada seeokr ular king cobra siap menerkam mereka. Mereka pun bingung bukan main bagaimana cara mengatasinya. Sudah mereka pancing, namun tetap saja tidak bisa. Lalu Saga mencoba memukul, namun ular itu malah makin berontak. Akhirnya Umar teringat bahwa ular dapat berhenti jika dipegang lehernya dan ternyata benar dengan keberanian dari Umar, akhirnya ular itu pun berhasil ditangkap dan dimasukkan ke dalam karung. Selamatlah mereka.
            
Akhirnya mereka menemukan harta karung tersebut  dan setelah dibuka ternyata benar itu adalah tumpukan emas yang ada di dalam karung. Senang bukan main ketiga bocah itu dan mereka tidak ingin merasakan rezeki itu sendirian karena mereka sadar masih banyka orang yang membutuhkan bantuan. Setelah mereka kembali, mereka pun menyisihkan setengahnya untuk dibagikan kepada yang berhak sementara setengahnya lagi dibagi rata oleh mereka bertiga untuk membahagiakan orang tuanya masing-masing.


M.F.A.H